Selasa, 08 Januari 2013

Dari SPG menjadi PILOT PESAWAT BOEING



Sebelumnya, saya sangat tertarik dengan kisah ini, selain pilotnya canti ternyata cerita dibaliknya sungguh luar biasa, bagaimana seorang dari keluarga yang sederhana bisa mendidik anak sekuat dan setegar wanita ini. Jika kita menyimak baik-baik isi cerita dibawah ini, sungguh sangat inspiratif, saya sendiripun sangat tertantang untuk lebih bekerja keras lagi dalam hidup ini. hhe,

seperti kutipan dari seoranf CR7, "Semua orang, apa pun profesinya, harus memiliki sebuah tujuan dan harus bekerja keras untuk mendapatkannya".

okeh, langsung saja simak cerita ini,

Satu-satunya pilot wanita yang mengoperasikan Airbus di Garuda Indonesia yakni Ida Fiqriah. Sementara itu, pilot lainnya mengoperasikan Boeing-737 sebagai Chief Pilot. Sebanyak 12 pilot ini, termasuk Sarah Widyanti Kusuma jabatannya adalah first officer.

Puteri sulung Nazaruddin dan Telis Cahyati ini sama sekali tak menyangka kalau dirinya bisa menjadi satu dari dua perempuan pilot pesawat Boeing di maskapai penerbangan Garuda dan sebelumnya bekerja sebagai pramuniaga.
 
Sarah serasa bermimpi, bila dia kembali melihat ke lembaran hidupnya di masa lalu. Keluarganya bukan orang berada. Meski demikian, pendidikan menjadi perhatian utama dari orang tuanya. Masih diingat dengan jelas oleh perempuan kelahiran Bandung, 3 Maret 1988 itu, bagaimana ayah-ibunya memasukkannya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta yang biayanya mahal. Mereka ingin putrinya mendapat nilai akademis yang bagus, tetapi juga pengetahuan agama yang baik.
Tamat dari sana, Sarah minta masuk ke sekolah negeri saja, karena ia tahu orang tuanya telah memaksakan diri untuk itu. Ia sadar masih ada keempat adiknya yang mesti diperhatikan juga. Rupanya keputusan Sarah untuk masuk ke sekolah negeri adalah pilihan yang tepat, karena ternyata keadaan ekonomi keluarganya semakin goyah. Perusahaan tempat ayahnya bekerja jatuh pailit. Uang tabungan keluarga terpakai, hingga akhirnya ibunya membuka warung sembako agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

Jadi SPG
Singkat cerita, pada 2005 Sarah lulus Sekolah Menengah Atas, Tangerang. Sadar benar akan kondisi keuangan keluarga, ia sengaja mencari perguruan tinggi yang kelak memberinya penghasilan besar, tapi juga ada beasiswa.

Ia mendaftar ke Fakultas Kedokteran, tapi ternyata gagal. Sarah tak putus asa, ia lalu mencari sekolah bersubsidi lainnya, yaitu Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) di Curug, Tangerang. Pendidikan disini bersubsidi dari pemerintah. Ia jalan sendiri ke sana, mendaftar ke jurusan Teknik Pesawat Udara, karena saat itu belum ada jurusan penerbangan. Sayang, ia lagi-lagi tidak berhasil. Sempat orang tuanya berniat menjual rumah saja untuk membiayai kuliahnya, tapi Sarah menolak. Ia tak mau banyak orang mesti berkorban demi dia.

“Saya tak mau memaksakan kehendak, meski ekonomi keluarga makin buruk. Ibu sampai harus mencari uang dengan berdagang sembako di rumah,” kata Sarah yang ketika itu dengan ikhlas menolong ibunya. Ia ke agen di pasar, menyusuri lorong-lorong yang becek dan licin setiap hari untuk berbelanja kebutuhan warung kecil ibunya. Ya, dari selisih harga itulah Ibunya mengumpulkan uang untuk biaya hidup keluarga.
“Saya terus memikirkan cara bagaimana bisa mendapatkan uang untuk kuliah tahun depan. Suatu hari Ibu menunjukkan iklan lowongan jadi bintang iklan, model dan pemain sinetron. Saya langsung setuju untuk ikut tes. Pikir saya, jadi model pasti uangnya lumayan, dan bisa saya tabung untuk kuliah,” kenang Sarah.
 
Ditemani ibunya, Sarah mendaftar dan ikut tes. Ternyata panggilan yang datang bukan untuk pemotretan iklan, melainkan jadi pramuniaga atau sales promotion girl yang lebih kondang dibilang orang dengan singkatan SPG. Semula ia ingin menolak tawaran itu, tapi demi mengumpulkan uang kuliah, tawaran itu pun diterimanya. Pertama kali, ia menjadi SPG dari sebuah perusahaan komputer lokal di Electronic City Lippo, Karawaci, Tanggerang. Perempuan tomboy yang terbiasa memakai setelan celana panjang itu tahu-tahu mesti berdandan luwes, memakai rok dan harus ramah menawarkan produk kepada calon pembeli.
Tapi Sarah berusaha beradaptasi, dan nyatanya ia mampu menjalani pekerjaan itu selama delapan bulan. Termasuk juga menepis godaan yang datang dari pria iseng mengajaknya kenalan hingga mengantarnya pulang. Maklum, jam kerja SPG di pusat perbelanjaan baru pulang hingga pukul 12 malam. Sarah merasa takut sekali, tapi ia menepisnya dengan doa. Pada ibunya, ia tak bercerita soal godaan-godaan lelaki ini, karena ia khawatir ibunya cemas.
“Gaji SPG 1,1 juta rupiah per bulan, lalu bonus antara Rp300.000 hingga Rp500.000 kalau berhasil melampaui target. Pendapatan yang terbilang pas-pasan, namun saya jalani dengan ikhlas,” katanya. “Uang saya tabung dan saya bisa kuliah di UPI YAI,Fakultas Fikom Jurusan Hubungan Masyarakat. Kuliah memerlukan biaya tidak sedikit.Akhirnya, saya mengejar target tidak lagi menjadi SPG yang digaji bulanan, melainkan sebagai usher yang digaji per hari bisa mencapai Rp200.000-Rp400.000.”

Pendapatan yang lumayan besar, namun sayang pekerjaan itu paling lama 2-3 hari saja sekali pameran. Ia pun berburu terus lowongan kerja sebagai usher dari berbagai produk seperti minyak wangi, busana dan sebagainya.

Memburu Pendidikan Gratis
Sarah sudah kuliah, tapi ia masih terus memburu sekolah yang bersubsidi dari pemerintah. Ia mencoba lagi ke STPI, dan ternyata pada 2006 ada jurusan penerbangan. Dari panitia ia mendapat informasi kalau jurusan ini yang terbaik. Lulusannya akan menjadi pilot. Sarah langsung mendaftar, lalu mengikuti serangkaian tes. Dari ujian kemampuan akademik, wawancara hingga kesehatan. Khusus untuk jurusan penerbangan, ia harus melalui serangkaian tes, termasuk membawa pesawat terbang.
 
“Membawa pesawat terbang? Saya bingung bukan kepalang. Seumur hidup saja, saya tidak pernah naik pesawat, tahu-tahu disuruh mengemudikan kapal terbang. Wah, nekat saja, tapi sekaligus terselip rasa bahagia, karena inilah proses awal saya bisa membahagiakan orang tua,” tambah Sarah, lalu tinggal di asrama selama seminggu. “Penguasaan teori dasar penerbangan 3 hari lamanya, lalu dilanjutkan dengan tes penerbangan. Pengalaman membawa pesawat sendiri itu sungguh tak terlupakan dalam hidup saya.”
Pengumuman lulus tes bakat ternyata harus menunggu berbulan-bulan lamanya. Sarah tetap kuliah dan juga bekerja sebagai usher. Karena tes bakat bertepatan dengan ujian akhir semester di kampus UPI, ia pun terpaksa mengulang beberapa mata kuliah yang tak lulus. Pada akhir 2006 ketika ia sedang menengok neneknya di Bandung, datanglah surat pemberitahuan lulus dari STPI.
 
“Saya tak percaya ketika dibacakan isi surat itu ,bahwa saya dinyatakan lulus dan bisa bersekolah di STPI. Berkali-kali saya minta dibacakan isi surat itu, lalu berkali-kali pula saya cubit lengan saya untuk memastikan, bahwa saya tidak sedang bermimpi. Ternyata benar, saya lulus. Saya langsung bersimpuh, mengucap syukur pada-Nya. Rupanya selama ini Tuhan punya rencana yang indah untuk saya. Kuliah disana selama setahun supaya saya bisa masuk ke jurusan penerbangan yang baru dibuka pada tahun itu,” kenang Sarah.

Tanggal 13 Januari 2007 Sarah resmi menjadi taruni STPI, satu-satunya perempuan dari 35 taruna yang diterima.Pendidikan yang diterapkan semi militer, disiplin tinggi dengan latihan fisik yang cukup berat dan melelahkan. Tapi semua itu tak masalah bagi Sarah, karena ia bertekad besar untuk memperbaiki hidup keluarga dan membahagiakan orang tua.
Pada bulan Maret, dua tahun kemudian Sarah lulus kuliah, lalu langsung mendaftar ke maskapai ‘Garuda’. Disana ia juga harus melalui serangkaian tes, lalu mengikuti pendidikan lagi dan kemudian barulah Sarah resmi menjadi pilot.
Sebagai Pilot Rute Domestik
 
Januari 2010, merupakan hari bersejarah bagi Sarah. Hari itu untuk pertama kalinya ia ditugaskan nembawa pesawat dengan rute domestik. “Tak terbayangkan, saya duduk paling depan, di kokpit sebuah pesawat terbang membawa penumpang sepesawat penuh. Saya ingin berteriak, bilang terima kasih kepada Tuhan YME”, ujar Sarah, riang.
Kini, profesi istimewa sebagai pilot telah menjadi bagian dari hidupnya. Tak disangkanya, ia yang semula menjadi SPG menawarkan barang kepada orang-orang, kini menjadi seorang pilot. Profesi serius yang membuat keluarganya bangga dan bersyukur. Sarah juga tak lupa akan pesan ibunya agar terus beribadah dan bekerja sungguh-sungguh. Adik Sarah juga terinspirasi, kelak ingin menjadi pilot.
Sarah Widyanti Kusuma sebuah inspirasi, bahwa cita-cita meraih kehidupan yang lebih baik dapat terwujud dengan kerja keras, gigih, restu orang tua dan doa kepada Sang Khalik. (1003)

sumber : http://okky.staff.ub.ac.id/2012/06/13/sarah-widyanti-kusuma-dari-spg-menjadi-pilot-pesawat-boeing/

Sabtu, 10 Maret 2012

10 Ribu Rupiah Membuat Anda Mengerti Cara Bersyukur

Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.

Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"

Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami
tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"

Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"

Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.

Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.

Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.

Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

http://investasibca.com/images/10ribu.jpg

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!"

Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.

Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"

Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya:
"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!

Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.

Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah,
apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah."

Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu!

sumber : http://www.alhikmahonline.com/content/view/256/6/

Selasa, 21 Desember 2010

LOVE…… N” Sepak Bola…..

Sepakbola.... sebuah kata yang mungkin sangat akrab di telinga kalian, begitu pula dengan saya sangat akrab malah. Berbicara tentang sepakbola, sebuah hal yang boleh dikata sangat sacral… penuh dengan intrik-intrik kehidupan. Di sana ada suka, ada duka, tua-muda… ibu-bapak… cw-cwo… si kaya maupun yang mengaku kaya, atau apalah,,,,, semua berbaur menjadi satu dalam sbuah panggung kemegahan bernama Sepakbola.
Semua berawal dari sini, tempat saya menjalani dan menghabiskan sebagian besar waktu saya… ya kota Makassar, kota daeng , kota yang terkenal dengan kulinernya, dengan objek pariwistanya, dengan “keramahannya”. Hhe (katanya….). Suatu sore ketika Ayah sya pulang dengan membawa 2 lembar tiket pertandingan kandang PSM Makassar,, yah sebuah tiket VVIP hadiah dari rekannya. Pertama kaki ini menginjak stadion rasanya luar biasa…. Hingar bingar suasana stadion kala itu sungguh membuat saya takjub luar biasa. Stadion Mattoangin…. Ya itulah Kandang dari tim kebanggaan kami PSM Makassar. Tim tertua di Indonesia, tim yang sarat prestasi sejak dulu, tim dengan supporter yang  fanatismenya luar biasa yang sanggup membuat lawan keder duluan. Hal inilah yang membuat saya bangga dengan sii MERAH, Ayam Jantan dari Timur……. PSM MAKASSAR.
Satu lagi,, sejal awal saya menyaksikan PSM bertanding permainannya selalu luar biasa keras, cepat, dan Catik pula. Begitu wasit meniup peluit tanda dimulainya pertandingan, sejak itu pulalah “pembantaian” dimulai, serangan selalu datang bertubi-tubi tanpa henti…. Skor pertandinganpun selalu mencolok kala itu. Tapi itu dulu, sejak tahun 2007 permainan PSM telah berubah, tidak lagi garang seperti dulu, entah siapa yang salah ??. Tapi apapun itu fanatisme supporter di sini masih sama seperti dulu, malah makin asiik menurut saya, kaum hawa tidak lagi segan datang ke stadion menyaksikan laga bola. Hhe…… luar biasa. Satu kata bagi kami siri”na pace atau kalau diartikan artinya ”Malu kalau kalah”. Sebuah kata yang selalu memantik semangat kami dalam mendukung setiap laga PSM. Ada satu lagu yang boleh dikata sangat mencerminkan karakter kami, sebuah lagu penyemangat dari kelompok supporter kreatif Makassar tempat saya belajar mengenai, solidaritas, kehormatan, haga diri, serta keyakinan dalam mengarungi kehidupan. THE MACZ MAN  itulalah kelompok supporter paling saya banggakan,, hhe. Begini penggalan lirik lagunya ::

Hey kawand…. Di sini Makassar…
Tempatnya…. Orang gila bola…
Kalau main diSini, janganlah mimpi menang…
Kalau menang…. Kamu tidak “PULANG”….

Sebuah lagu yang mungkin gak menakutkan bagi setiap lawan yang bertandang ke mattoangin. Tapi sebenarnya maksud utamanya hanya semata-mata menciutkan nyali lawan. Agar mereka sadar betapa cintanya kami terhadap Sepakbola, Terhadap Makassar. Terhadap PSM. Entah telah berapa banyak waktu terbuang, entah telah berapa banyak tetesan keringat… air mata… bahkan darah yang mengucur, entah telah berapa banyak materi, tenaga, bahkan C.I.N.T.A yang sempat lepas… semua untuk apa ?? Untuk Sepakbola, Untuk PSM Makassar, untuk kehormatan, dan demi sebuah harga diri kami sebagai anak BUGIS-MAKASAR…….. EWAKO !!!

Sabtu, 29 Mei 2010

Setuju....


MANTAN kapten Persisam Putra Samarinda, Hamka Hamzah, menaruh minat besar untuk berkostum PSM Makassar musim depan. Bahkan dia mengaku mempriotitaskan Pasukan Ramang. Mantan stoper PSM junior ini mengaku ingin merasakan atmosfer sepak bola Makassar. Alasannya, sejak berada di level senior, belum pernah merasakan atmosfer di Makassar.

"Setiap tahun saya selalu berminat ke PSM. Tetapi selalu tidak berjodoh. Terus terang saya rindu, karena Makassar kampung halaman saya," kata Hamka. Saat dihubungi malam tadi, Hamka sedang memancing di kawasan Kepulauan Seribu Jakarta. Saat ini Hamka mengaku masih menganggur. "Sebenarnya sudah ada tawaran ke Persipura musim depan, tetapi saya timbang-timbang dulu.

Kalau PSM saya 100 persen oke. Tetapi sampai saat ini belum ada yang menghubungi saya," jelasnya. Mantan pemain timnas ini sudah malang melintang di beberapa klub besar Tanah Air. Mulai dari Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, Persik Kediri, dan terakhir Persisam. Nama Hamka masuk nominasi mengisi barisan pertahanan PSM musim depan, karena terkait rencana melakukan perombakan di lini belakang.

Manajemen PSM kabarnya tidak lagi mempertahankan Handi Hamzah dan beberapa pemain senior. Manajer PSM, Hendra Sirajuddin, mengatakan bahwa kualitas tidak perlu diragukan. Namun dia belum bergerak mencari pemain, termasuk menghubungi Hamka karena kompetisi belum selesai. "Kalau dia saya respek. Cuma mental saja yang perlu dibenahi. Dia keluar dari Persisam gara-gara dianggap menjadi provokator di dalam tim. Itu menjadi preseden buruk bagi dia," kata Hendra.(aci/jpnn)
 

Boutique, Free Blogger Templates